Minggu, 16 Desember 2018

GUNUNG CIKURAY


Gunung Cikuray adalah salah satu gunung yang berada di daerah Garut, Jawa Barat. Gunung yang mudah diakses terutama dari ibu kota Jakarta karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, tapi walaupun tidak terlalu jauh untuk mencapai gunung ini akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika dibanding dengan mendaki gunung Gede-Pangrango, gunung Salak, gunung Halimun, bahkan ke gunung Ciremai.
Hal itu dikarenakan tidak ada angkutan umum yang bisa mengantar kita sampai di titik awal pendakian, kita harus mencarter mobil atau menggunakan jasa ojek yang tentunya membuat biaya perjalanan makin tinggi dibanding kalau ada trayek angkutan umum. Berbeda dengan gunung gede yang terdapat trayek angkutan umum sampai di Cibodas, sebagai titik awal pendakian gunung Gede dan Pangrango.

Untuk mencapai kota Garut dari Jakarta biasanya via terminal Kampung Rambutan atau via Lebak Bulus dengan jurusan terminal Guntur, Garut.
Dengan tarif Rp 52.000,- (bulan April 2015). Dan untuk yang berangkat lebih dari jam 11 malam sebaiknya menggunakan bus dari terminal Kampung Rambutan. Karena saat kami berangkat via Kampung Rambutan hampir jam 00.30 dini hari suasana disana masih sangat ramai.
(Untuk temen-temen dari daerah lain silahkan mencari informasi lagi tentang tranportasi menuju ke terminal Guntur)

Dari terminal Guntur biasanya perjalanan dilanjutkan dengan angkot 06 menuju Cilawu, dapat turun di Sukamulya atau Cigarungsang, lalu dapat dilanjutkan dengan jasa ojek untuk menuju Stasiun pemancar Rp.35.000/orang. Tapi berhubung perjalanan kami tepat saat long weekend (3-5 april) jadi diterminal Guntur sudah banyak berjejer mobil bak dan angkot dengan tujuan langsung ke pemancar, tarifnya pun sudah dipatok Rp 45.000/orang, karena saat itu memang banyak sekali pendaki yang baru tiba di terminal Guntur dengan tujuan rata-rata gunung Cikuray dan Papandayan. Jadi secara otomatis gak ada acara tawar menawar lagi masalah tarif, jika tidak mau mobil akan segera dipenuhi oleh pendaki lain. Dan juga jika dibandingkan naik angkot 06 dan dilanjut naik ojek biayanya pun akan beda tipis. Jadi mau tidak mau naik mobil carter inilah satu-satunya pilihan terbaik.

Perjalanan dari terminal Guntur ke stasiun pemancar memakan waktu kurang lebih 1 jam 10 menit. Stasiun pemancar ini adalah sebuah lokasi ditengah-tengah perkebunan teh yang berdiri menara-menara pemancar dari berbagai stasiun televisi, karena disini mungkin dianggap letaknya yang sangat strategis.

Tapi di tengah perjalanan menuju pemancar saat memasuki perkebunan teh kita akan bertemu pos perkebunan, di situ kita di suruh mengisi buku tamu dan dikenakan biaya Rp. 10.000/orang.


Tiket masuk perkebunan teh dan area hutan

Dengan biaya Rp 10.000,- sebagai restribusi suatu pendakian gunung memang tergolong standar, tapi kalau dilihat dari fasilitas yang ada terasa sangat memberatkan, karena biasanya dengan membayar biaya restribusi para pendaki akan mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan, seperti basecamp yang luas dan nyaman untuk beristirahat ataupun tidur, fasilitas kamar mandi dan toilet gratis, persediaan air bersih, fasilitas listrik untuk charger hape, DLL. Tapi di pendakian gunung Cikuray ini tidak terdapat basecamp yang memadai itupun setelah pendataan para pendaki disuruh mengisi kotak seikhlasnya.

(Maaf ini hanya sebagai referensi dan perbandingan)

Mobil carter yg baru sampai di pos pemancar, nampak background lereng gunung cikuray yg tertutup kabut, dan para pendaki yg sedang memulai pendakian

Setelah sampai di stasiun pemancar, kita bisa istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan perkebuanan teh yang cukup indah dan sejuk. Disini juga kita bisa mengambil persediaan air karena sepanjang jalur pendakian nanti tidak terdapat mata air. Disini juga tersedia toilet umum tapi saat kita masuk mau sekedar mengambil air bersih atau ke kamar mandi kita dikenakan biaya Rp 3.000,- tarif yang lumayan tinggi jika dibanding dengan pendakian ke gunung lain yang untuk mengambil air biasanya gratis tisss...
Tapi menurut informasi, jika pendaki tiba di pemancar pada malam hari, pintu menuju pengambilan air atau toilet tidak ada penjaganya.


Titik start pendakian, posisi disamping stasiun pemancar



Berjalan mendaki meninggalkan pemancar
Dari stasiun pemancar perjalanan dilanjutkan dengan treking melewati punggungan kebun teh, setelah melewati satu punggungan kita akan bertemu pos pendataan pendaki atau sering disebut basecamp, kita diwajibkan mengisi buku tamu lagi dan diwajibkan mengisi kotak seikhlasnya, lagi-lagi kita harus merogoh kantong, kali ini dana dimaksudkan untuk kebersihan oleh warga setempat.



Cecklis ulang di puncak bukit teh, nampak stasiun pemancar

Setelah dari pos ini perjalanan dilanjutkan menanjak mengikuti punggungan, kondisi jalan gersang, jika musim penghujan akan licin dan jika kemarau mungkin akan sangat berdebu. Tapi dari sini pemandangan sangat jelas, di atas akan terlihat punggungan yang mengarah ke puncak dan dibawah nampak perkebunan teh yang hijau dan di tengahnya terdapat stasiun pemancar.
Dari batas kebun teh ke pintu rimba memakan waktu sekitar 15 menit.



Jalur dari pemancar setelah melewati kebun teh menuju pintu rimba

Perjalanan dari pemancar ke pos 1 memakan waktu sekitar 50 menit, dan dari pos 1 ke pos 2 memakan waktu kurang lebih satu jam. Di pos 2 terdapat selter yang muat sekitar 3 tenda. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 kita akan menghadapi medan yang makin curam dan sempit, karena jalurnya diatas punggungan tipis.






Pos 2, biasanya pos ini digunakan hanya sebagai tempat istirahat sejenak, karena masih terlalu jauh dari puncak, jadi jarang yang mendirikan tenda disini.


Rata-rata jalur pendakian ke puncak medannya sangat curam, bahkan saking terjalnya jalur, untuk mencari tempat untuk istirahat dan tidur sejenak saja sangat susah, tapi alhamdulillah kami nenemukan tempat yg bisa untuk menggelar jas hujan sebagai alas tidur dan meluruskan kaki.




Istirahat sambil menikmati pemandangan punggungan disebelah kanan jalur, disana hutannya pun masih sangat lebat dan alami

Setelah tidur kurang lebih 40 menit perjalanan dilanjutkan menuju pos 3, dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 1 jam 30 menit. (Diluar acara tidur siang)



Dari pos 3 kami mulai diguyur hujan


Hujan membuat jalur jadi becek dan semakin licin

Mungkin karena keadaan lembab dan becek, ditengah perjalanan kami juga menemukan cacing tanah yang panjangnya hampir satu meter

Dari pos 3 perjalanan dilanjutkan mendaki ke pos 4 dengan medan yang masih curam tapi masih ada beberapa titik yang landai, perjalanan sampai pos 4 memakan waktu sekitar 35 menit.

Dari Pos 4 Perjalanan dilanjutkan terus mendaki menuju Pos 5 membutuhkan waktu sekitar 40 menit dengan kemiringan yang lebih terjal seperti Pos 3 menuju Pos 4,



Walau hujan tetep narsis dulu di pos 5

Dari pos 5 ke dilanjutkan ke pos 6 dengan jarak yang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 40 menit kita akan sampai di pos 6. Dari pos ini kita dapat melihat lereng ke puncak dengan jelas dengan hutan yang masih sangat menutup lebat.



Sekitar pos 6 hujan mulai reda tapi suasana masih diselimuti kabut

Dari pos 6 ke perjalanan dilanjutkan tetap menyusuri jalur punggungan yang sama, dengan medan yang terus menanjak, bahkan kita harus berpegangan akar-akar pepohonan. Perjalanan ke pos 7 memakan waktu sekitar 35 menit.
tapi karena perjalan dari pos 3 ke pos 7 ini kami  selalu diguyur hujan dan jalur menjadi sangat licin, perjalanan menjadi sangat lambat. Mungkin jika jalur normal waktu tempuh perjalanan estimasinya akan lebih cepat.



Pos 7, tidak ada shelter untuk tenda hanya ditandai pohon dengan plang bertuliskan pos 7

Di pos 7 ini tidak ada shelter sama sekali hanya pohon besar yang di tempel plang bertuliskan pos 7. Untuk membuka tenda kita harus melanjutkan perjalanan lagi sekitar 10 menit menanjak, mungkin juga ini yang disebut pos bayangan. Disini terdapat selter yang cukup luas yang bisa menampung sampai belasan tenda. Dan disepanjang jalur ke puncak juga terdapat shelter-shelter kecil yg juga bisa mendirikan tenda, bahkan 

Di atas pos 7 justru banyak lokasi untuk mendirikan tenda, disini juga masih banyak pohon besar sebagai pelindung dari terpaan angin

Dan disini pula tempat paling strategis untuk bertenda karena hanya dibutuhkan waktu sekitar 5 menit ke puncak.
Bahkan dari shelter ini ke puncak terdapat shelter-shelter kecil yang bisa untuk mendirikan satu sampai dua tenda.

Dan kami memutuskan mendirikan tenda di area yang tidak jauh dari puncak tapi di area yang masih terdapat banyak pohon-pohon besar, agar terhindar dari terpaan angin yang dingin.



Memasak di depan tenda

Alhamdulilah tempat kami mendirikan tenda sangat strategis, selain aman dari angin dan terik matahari, juga sangat dekat dengan puncak mungkin hanya butuh beberapa langkah mendaki kurang lebih 3 menit sampai puncak.

Jika dihitung total, perjalan dari pos pemancar  dimulai pukul 08.50wib dan tiba di tempat kami mendirikan tenda, pukul 17.30wib semua memakan waktu sekitar 8 jam 40 menit, tapi dari total waktu tersebut kami dijalan sempat tidur 40 menit, dijalur kami juga sempat memasak mie instan, dan di setiap pos kami pasti istirahat minimal 10 menit, seusai tanjakan tajam kami juga pasti istirahat (maklum pendaki manula :D) Apalagi di sepanjang perjalanan dari pos 3 selalu diguyur hujan yang menjadikan perjalanan makin lambat.
Jadi bisa dikira-kira sendiri estimasi waktunya jika hendak mendaki ke gunung Cikuray.

Setelah hari mulai gelap tenda kami telah berdiri dan menu makanan telah selesai dimasak. Setelah mengisi perut dan ngobrol-ngobrol santai dan dilanjutkan istirahat.
Setelah pukul 05.10wib alarm berbunyi dan kamipun bergegas menuju puncak untuk mengejar sunrise. Tapi kami kurang beruntung karena pagi itu cuaca masih mendung. Dan dipuncak telah dipenuhi puluhan pendaki yang juga menantikan saat-saat sunrise.
Tapi alhamdulillah pagi itu walau tak terlihat sunrise pemandangan masih cukup cerah untuk sekedar berfoto-foto ria.




Pemandangan dari puncak Cikuray, dengan background gunung Galunggung yang diselimuti kabut tipis


Bendera Batik Binzah berkibar di puncak gunung Cikuray 2821mdpl.
Menjelang siang nampak lautan awan membentang sejauh mata memandang

Di puncak pemandangan sungguh sangat menakjubkan, setelah berjibaku dengan jalur yang terjal dan sangat melelahkan, apalagi sepanjang jalan pandangan tertutup rimbunnya hutan, membuat kita surprise saat tiba di Puncak, seperti halnya seseorang yang ditutup kedua matanya sekian lama dan tiba-tiba setelah dibuka dihadapannya telah terpampang lukisan yang sangat indah...
Hati akan berdecak kagum, "Subhanallah.... Sungguh luar biasa...!!!"

Di puncak kita disuguhkan pemandangan dengan deretan pegunungan yg sangat indah yang diselimuti kabut tipis, diantaranya gunung Papandayan disebelah barat, gunung Guntur di sebelah utara, dan deretan gunung galunggung dan pegunungan Telaga Bodas disebelah timur laut.
Dari puncak juga terlihat sangat jelas kepadatan kota Garut, jika malam hari akan nampak kerlap-kerlip lampu-lampu kota.






Saya, dengan background gunung Papandayan


Gunung Galunggung dari sudut pandang yang berbeda

Gunung Guntur nampak dari kejauhan

Tepat di puncak Cikuray terdapat bangunan permanen. Yang mungkin difungsikan sebagai tempat berteduh bagi para pendaki yang tidak membawa tenda. Bangunan itu sangat kokoh dengan ukuran kurang lebih 3x3 meter, dengan atap beton sehingga banyak pendaki yang nekat memanjat ke atapnya.



Bangunan dipuncak Cikuray, nampak dari bawah

Bangunan di puncak Cikuray, banyak pendaki yang nekat memanjat atap. Padahal itu dilarang dan sangat membahayakan diri sendiri serta orang lain

Para pendaki di atap bangunan nampak siluet

Tapi saat melihat bangunan tersebut saya sendiri sangat heran, gak biasanya ada bangunan tepat dipuncak gunung. Yang membuat seakan menjadi canggung dan mengganggu pemandangan. Sangat mengurangi keeksotisan sebuah puncak gunung, karena biasanya puncak gunung ditandai dengan tugu atau sekedar gundukan batu atau plang/plat bertuliskan "puncak".

Dan karena bangunan tersebut suasana puncaknya menjadi pudar alias kurang greget.
Saat kami sampai di puncak Cikuray suasanya jadi tak seperti dipuncak gunung pada umumnya, para pendaki banyak yang naik ke atap bangunan tersebut.
Untuk view pun jadi terhalang dan kurang luas sudut pandangnya.
Tapi apapun itu, tujuan pembanguan gedung itu tentu baik, yaitu untuk berlindung para pendaki dari udara dingin di puncak. Dan saya sendiri sempat memanfaatkan bangunan tersebut saat mendadak turun hujan.
Tapi sekali lagi yang terbesit dalam benak saya adalah alangkah baiknya jika banguan tersebut tidak didirikan tepat dipuncak Cikuray  minimal kebawah dikitlah... heheheee... :D

Oiya untuk perjalanan turun dibutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan. Dan dibutuhkan kewaspadaan yang ekstra karena perjalanan turun akan lebih sulit dan menyita konsentrasi.

====================================

Kesimpulan pendakian gunung Cikuray:
* keadaan hutan yang masih alami dan terjaga, dari awal pendakian (batas pintu rimba) sampai ke puncak Cikuray, hutan masih sangat lebat dan jarang sinar matahari menembus ke bawah. Jadi tidak perlu membawa sunblock atau lotion penangkal sinar ultraviolet. Tapi jangan sekali-kali merusak hutan dengan membuat jalur baru.
* biaya perjalanan yang lebih besar dari pada ke gunung lain dengan estimasi jarak yang sama. Karena tidak ada angkutan umum yang menuju ke titik awal pendakian (harus carter mobil atau ojek) dan juga adanya biaya tambahan seperti uang masuk kamar mandi di pemancar, pungutan seikhlasnya di basecamp dan tiket masuk yang relatif mahal. Jadi harus persiapkan uang saku yang lebih.
* medan pendakian yang curam dan terjal sangat menguras energi, dibutuhkan persiapan fisik yang cukup. Dan jangan lupa memakai sepatu trecking.
* sampah yang berserakan dimana-mana dan anehnya banyak pendaki yang memasukan air urinnya kedalam botol, entah itu mitos dilarang kencing sembarangan atau males keluar tenda atau memang banyak pendaki yang jorok. Sehingga banyak botol-botol berisi air kencing berserakan dimana-mana. Ini sangat aneh dan sangat mengganggu, karena air itu sampai kapanpun tidak akan meresap atau teruraikan. Dan para team bersih gunung pun pasti akan enggan untuk memungut botol tersebut.
Dan terpaksa saya dan teman-teman berinisiatif untuk menumpahkan isi-isi botol tersebut.
Jadi bagi pendaki yang ingin kencing, kencinglah sewajarnya jangan mengotori hutan dengan botol-botol kalian. Dan untuk semua pendaki diharap membawa kantong sampah untuk membawa turun kembali sampah non organiknya.
* jalur pendakian yang cukup jelas dan satu punggungan, jadi untuk mendaki dihari-hari sepi pun jangan kuatir tersesat. Asal selalu mengikuti jalur yang sudah ada. Jangan menerobos hutan untuk potong jalur.
* tidak ada sumber mata air di sepanjang jalur pendakian, jadi para pendaki harus membawa air sepenuhnya dari stasiun pemancar. Minimal 8 liter/orang  atau kalau musim penghujan bawa payung atau plastik bersih untuk menampung air hujan.
* untuk suhu masih tergolong tidak terlalu dingin karena hutannya yang masih rapat jika dibanding gunun-gunung lain yang lebih tinggi dan gersang. Tapi tetap kita harus membawa jaket tebal dan sleeping bag.
* untuk tempat paling strategis mendirikan tenda adalah dari pos 7 sampai puncak, tapi sebisa mungkin hindari mendirikan tenda di puncak, karena selain udaranya yang sangat dingin dan kalo siangpun akan terpapar sinar matahari, juga sangat mengganggu pendaki lain yang hendak berfoto-foto, melakukan selebrasi atau sekedar berkeliling menikmati suasana puncak gunung.

Sekian dulu ulasan kami tentang pendakian gunung Cikuray, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para pendaki gunung.

Jadilah pendaki yang santun, beretika dan peduli...!!!
Salam rimba, salam lestari....!!!


0 komentar:

Posting Komentar