Gunung Cikuray
adalah salah satu gunung yang berada di daerah Garut, Jawa Barat. Gunung yang
mudah diakses terutama dari ibu kota Jakarta karena jaraknya yang tidak terlalu
jauh, tapi walaupun tidak terlalu jauh untuk mencapai gunung ini akan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika dibanding dengan mendaki gunung
Gede-Pangrango, gunung Salak, gunung Halimun, bahkan ke gunung Ciremai.
Hal itu
dikarenakan tidak ada angkutan umum yang bisa mengantar kita sampai di titik
awal pendakian, kita harus mencarter mobil atau menggunakan jasa ojek yang
tentunya membuat biaya perjalanan makin tinggi dibanding kalau ada trayek
angkutan umum. Berbeda dengan gunung gede yang terdapat trayek angkutan umum
sampai di Cibodas, sebagai titik awal pendakian gunung Gede dan Pangrango.
Untuk mencapai
kota Garut dari Jakarta biasanya via terminal Kampung Rambutan atau via Lebak
Bulus dengan jurusan terminal Guntur, Garut.
Dengan tarif Rp
52.000,- (bulan April 2015). Dan untuk yang berangkat lebih dari jam 11 malam
sebaiknya menggunakan bus dari terminal Kampung Rambutan. Karena saat kami
berangkat via Kampung Rambutan hampir jam 00.30 dini hari suasana disana masih
sangat ramai.
(Untuk
temen-temen dari daerah lain silahkan mencari informasi lagi tentang
tranportasi menuju ke terminal Guntur)
Dari terminal
Guntur biasanya perjalanan dilanjutkan dengan angkot 06 menuju Cilawu, dapat
turun di Sukamulya atau Cigarungsang, lalu dapat dilanjutkan dengan jasa ojek
untuk menuju Stasiun pemancar Rp.35.000/orang. Tapi berhubung perjalanan kami
tepat saat long weekend (3-5 april) jadi diterminal Guntur sudah banyak
berjejer mobil bak dan angkot dengan tujuan langsung ke pemancar, tarifnya pun
sudah dipatok Rp 45.000/orang, karena saat itu memang banyak sekali pendaki
yang baru tiba di terminal Guntur dengan tujuan rata-rata gunung Cikuray dan
Papandayan. Jadi secara otomatis gak ada acara tawar menawar lagi masalah
tarif, jika tidak mau mobil akan segera dipenuhi oleh pendaki lain. Dan juga
jika dibandingkan naik angkot 06 dan dilanjut naik ojek biayanya pun akan beda
tipis. Jadi mau tidak mau naik mobil carter inilah satu-satunya pilihan
terbaik.
Perjalanan dari
terminal Guntur ke stasiun pemancar memakan waktu kurang lebih 1 jam 10 menit.
Stasiun pemancar ini adalah sebuah lokasi ditengah-tengah perkebunan teh yang
berdiri menara-menara pemancar dari berbagai stasiun televisi, karena disini
mungkin dianggap letaknya yang sangat strategis.
Tapi di tengah
perjalanan menuju pemancar saat memasuki perkebunan teh kita akan bertemu pos
perkebunan, di situ kita di suruh mengisi buku tamu dan dikenakan biaya Rp.
10.000/orang.
![]() |
Tiket masuk perkebunan teh dan area hutan
|
Dengan biaya Rp
10.000,- sebagai restribusi suatu pendakian gunung memang tergolong standar,
tapi kalau dilihat dari fasilitas yang ada terasa sangat memberatkan, karena
biasanya dengan membayar biaya restribusi para pendaki akan mendapatkan
fasilitas yang dibutuhkan, seperti basecamp yang luas dan nyaman untuk
beristirahat ataupun tidur, fasilitas kamar mandi dan toilet gratis, persediaan
air bersih, fasilitas listrik untuk charger hape, DLL. Tapi di pendakian gunung
Cikuray ini tidak terdapat basecamp yang memadai itupun setelah pendataan para
pendaki disuruh mengisi kotak seikhlasnya.
(Maaf ini hanya
sebagai referensi dan perbandingan)
![]() |
Mobil carter yg baru sampai di pos pemancar, nampak background lereng
gunung cikuray yg tertutup kabut, dan para pendaki yg sedang memulai
pendakian
|
Setelah sampai
di stasiun pemancar, kita bisa istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan
perkebuanan teh yang cukup indah dan sejuk. Disini juga kita bisa mengambil
persediaan air karena sepanjang jalur pendakian nanti tidak terdapat mata air.
Disini juga tersedia toilet umum tapi saat kita masuk mau sekedar mengambil air
bersih atau ke kamar mandi kita dikenakan biaya Rp 3.000,- tarif yang lumayan
tinggi jika dibanding dengan pendakian ke gunung lain yang untuk mengambil air
biasanya gratis tisss...
Tapi menurut
informasi, jika pendaki tiba di pemancar pada malam hari, pintu menuju
pengambilan air atau toilet tidak ada penjaganya.
![]() | |
|
| |
Setelah dari
pos ini perjalanan dilanjutkan menanjak mengikuti punggungan, kondisi jalan
gersang, jika musim penghujan akan licin dan jika kemarau mungkin akan sangat
berdebu. Tapi dari sini pemandangan sangat jelas, di atas akan terlihat
punggungan yang mengarah ke puncak dan dibawah nampak perkebunan teh yang hijau
dan di tengahnya terdapat stasiun pemancar.
Dari batas
kebun teh ke pintu rimba memakan waktu sekitar 15 menit.
|
![]() |
Perjalanan dari pemancar ke pos 1 memakan waktu sekitar 50 menit, dan dari pos 1 ke pos 2 memakan waktu kurang lebih satu jam. Di pos 2 terdapat selter yang muat sekitar 3 tenda. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 kita akan menghadapi medan yang makin curam dan sempit, karena jalurnya diatas punggungan tipis. |
![]() |
Pos 2, biasanya pos ini digunakan hanya sebagai tempat istirahat sejenak,
karena masih terlalu jauh dari puncak, jadi jarang yang mendirikan tenda
disini.
|
Rata-rata jalur
pendakian ke puncak medannya sangat curam, bahkan saking terjalnya jalur, untuk
mencari tempat untuk istirahat dan tidur sejenak saja sangat susah, tapi
alhamdulillah kami nenemukan tempat yg bisa untuk menggelar jas hujan sebagai
alas tidur dan meluruskan kaki.
|
Istirahat sambil menikmati pemandangan punggungan disebelah kanan jalur,
disana hutannya pun masih sangat lebat dan alami
|
Setelah tidur kurang lebih 40 menit perjalanan dilanjutkan menuju pos 3, dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 1 jam 30 menit. (Diluar acara tidur siang)
![]() |
Dari pos 3 kami mulai diguyur hujan
|
![]() | |
|
![]() | ||
Dari pos 3
perjalanan dilanjutkan mendaki ke pos 4 dengan medan yang masih curam tapi
masih ada beberapa titik yang landai, perjalanan sampai pos 4 memakan waktu
sekitar 35 menit.
Dari Pos 4
Perjalanan dilanjutkan terus mendaki menuju Pos 5 membutuhkan waktu sekitar 40
menit dengan kemiringan yang lebih terjal seperti Pos 3 menuju Pos 4,
|
![]() | |
Dari pos 5 ke
dilanjutkan ke pos 6 dengan jarak yang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 40
menit kita akan sampai di pos 6. Dari pos ini kita dapat melihat lereng ke
puncak dengan jelas dengan hutan yang masih sangat menutup lebat.
|
![]() |
Dari pos 6 ke
perjalanan dilanjutkan tetap menyusuri jalur punggungan yang sama, dengan medan
yang terus menanjak, bahkan kita harus berpegangan akar-akar pepohonan.
Perjalanan ke pos 7 memakan waktu sekitar 35 menit.
tapi karena
perjalan dari pos 3 ke pos 7 ini kami selalu diguyur hujan dan jalur
menjadi sangat licin, perjalanan menjadi sangat lambat. Mungkin jika jalur
normal waktu tempuh perjalanan estimasinya akan lebih cepat.
|
![]() | |
|
Dan disini pula
tempat paling strategis untuk bertenda karena hanya dibutuhkan waktu sekitar 5
menit ke puncak.
Bahkan dari
shelter ini ke puncak terdapat shelter-shelter kecil yang bisa untuk mendirikan
satu sampai dua tenda.
Dan kami
memutuskan mendirikan tenda di area yang tidak jauh dari puncak tapi di area
yang masih terdapat banyak pohon-pohon besar, agar terhindar dari terpaan angin
yang dingin.
|
Alhamdulilah
tempat kami mendirikan tenda sangat strategis, selain aman dari angin dan terik
matahari, juga sangat dekat dengan puncak mungkin hanya butuh beberapa langkah
mendaki kurang lebih 3 menit sampai puncak.
Jika dihitung
total, perjalan dari pos pemancar dimulai pukul 08.50wib dan tiba di
tempat kami mendirikan tenda, pukul 17.30wib semua memakan waktu sekitar 8 jam
40 menit, tapi dari total waktu tersebut kami dijalan sempat tidur 40 menit,
dijalur kami juga sempat memasak mie instan, dan di setiap pos kami pasti
istirahat minimal 10 menit, seusai tanjakan tajam kami juga pasti istirahat
(maklum pendaki manula :D) Apalagi di sepanjang perjalanan dari pos 3 selalu
diguyur hujan yang menjadikan perjalanan makin lambat.
Jadi bisa
dikira-kira sendiri estimasi waktunya jika hendak mendaki ke gunung Cikuray.
Setelah hari
mulai gelap tenda kami telah berdiri dan menu makanan telah selesai dimasak.
Setelah mengisi perut dan ngobrol-ngobrol santai dan dilanjutkan istirahat.
Setelah pukul
05.10wib alarm berbunyi dan kamipun bergegas menuju puncak untuk mengejar
sunrise. Tapi kami kurang beruntung karena pagi itu cuaca masih mendung. Dan
dipuncak telah dipenuhi puluhan pendaki yang juga menantikan saat-saat sunrise.
Tapi
alhamdulillah pagi itu walau tak terlihat sunrise pemandangan masih cukup cerah
untuk sekedar berfoto-foto ria.
|
![]() | |
|
![]() |
Bendera Batik Binzah berkibar di puncak gunung Cikuray 2821mdpl.
|
![]() | |
Di puncak
pemandangan sungguh sangat menakjubkan, setelah berjibaku dengan jalur yang
terjal dan sangat melelahkan, apalagi sepanjang jalan pandangan tertutup
rimbunnya hutan, membuat kita surprise saat tiba di Puncak, seperti halnya
seseorang yang ditutup kedua matanya sekian lama dan tiba-tiba setelah dibuka
dihadapannya telah terpampang lukisan yang sangat indah...
Hati akan
berdecak kagum, "Subhanallah.... Sungguh luar biasa...!!!"
Di puncak kita
disuguhkan pemandangan dengan deretan pegunungan yg sangat indah yang
diselimuti kabut tipis, diantaranya gunung Papandayan disebelah barat, gunung
Guntur di sebelah utara, dan deretan gunung galunggung dan pegunungan Telaga
Bodas disebelah timur laut.
Dari puncak
juga terlihat sangat jelas kepadatan kota Garut, jika malam hari akan nampak
kerlap-kerlip lampu-lampu kota.
|
![]() |
![]() | |
|
![]() | |
|
![]() | |
Tepat di puncak
Cikuray terdapat bangunan permanen. Yang mungkin difungsikan sebagai tempat
berteduh bagi para pendaki yang tidak membawa tenda. Bangunan itu sangat kokoh
dengan ukuran kurang lebih 3x3 meter, dengan atap beton sehingga banyak pendaki
yang nekat memanjat ke atapnya.
|
|
![]() |
![]() | |
Tapi saat
melihat bangunan tersebut saya sendiri sangat heran, gak biasanya ada bangunan
tepat dipuncak gunung. Yang membuat seakan menjadi canggung dan mengganggu
pemandangan. Sangat mengurangi keeksotisan sebuah puncak gunung, karena
biasanya puncak gunung ditandai dengan tugu atau sekedar gundukan batu atau
plang/plat bertuliskan "puncak".
Dan karena
bangunan tersebut suasana puncaknya menjadi pudar alias kurang greget.
Saat kami
sampai di puncak Cikuray suasanya jadi tak seperti dipuncak gunung pada umumnya,
para pendaki banyak yang naik ke atap bangunan tersebut.
Untuk view pun
jadi terhalang dan kurang luas sudut pandangnya.
Tapi apapun
itu, tujuan pembanguan gedung itu tentu baik, yaitu untuk berlindung para
pendaki dari udara dingin di puncak. Dan saya sendiri sempat memanfaatkan
bangunan tersebut saat mendadak turun hujan.
Tapi sekali
lagi yang terbesit dalam benak saya adalah alangkah baiknya jika banguan
tersebut tidak didirikan tepat dipuncak Cikuray minimal kebawah
dikitlah... heheheee... :D
Oiya untuk
perjalanan turun dibutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan. Dan dibutuhkan
kewaspadaan yang ekstra karena perjalanan turun akan lebih sulit dan menyita
konsentrasi.
====================================
Kesimpulan
pendakian gunung Cikuray:
* keadaan hutan
yang masih alami dan terjaga, dari awal pendakian (batas pintu rimba) sampai ke
puncak Cikuray, hutan masih sangat lebat dan jarang sinar matahari menembus ke
bawah. Jadi tidak perlu membawa sunblock atau lotion penangkal sinar
ultraviolet. Tapi jangan sekali-kali merusak hutan dengan membuat jalur baru.
* biaya
perjalanan yang lebih besar dari pada ke gunung lain dengan estimasi jarak yang
sama. Karena tidak ada angkutan umum yang menuju ke titik awal pendakian (harus
carter mobil atau ojek) dan juga adanya biaya tambahan seperti uang masuk kamar
mandi di pemancar, pungutan seikhlasnya di basecamp dan tiket masuk yang
relatif mahal. Jadi harus persiapkan uang saku yang lebih.
* medan
pendakian yang curam dan terjal sangat menguras energi, dibutuhkan persiapan
fisik yang cukup. Dan jangan lupa memakai sepatu trecking.
* sampah yang
berserakan dimana-mana dan anehnya banyak pendaki yang memasukan air urinnya
kedalam botol, entah itu mitos dilarang kencing sembarangan atau males keluar
tenda atau memang banyak pendaki yang jorok. Sehingga banyak botol-botol berisi
air kencing berserakan dimana-mana. Ini sangat aneh dan sangat mengganggu,
karena air itu sampai kapanpun tidak akan meresap atau teruraikan. Dan para
team bersih gunung pun pasti akan enggan untuk memungut botol tersebut.
Dan terpaksa
saya dan teman-teman berinisiatif untuk menumpahkan isi-isi botol tersebut.
Jadi bagi
pendaki yang ingin kencing, kencinglah sewajarnya jangan mengotori hutan dengan
botol-botol kalian. Dan untuk semua pendaki diharap membawa kantong sampah
untuk membawa turun kembali sampah non organiknya.
* jalur
pendakian yang cukup jelas dan satu punggungan, jadi untuk mendaki dihari-hari
sepi pun jangan kuatir tersesat. Asal selalu mengikuti jalur yang sudah ada.
Jangan menerobos hutan untuk potong jalur.
* tidak ada
sumber mata air di sepanjang jalur pendakian, jadi para pendaki harus membawa
air sepenuhnya dari stasiun pemancar. Minimal 8 liter/orang atau kalau
musim penghujan bawa payung atau plastik bersih untuk menampung air hujan.
* untuk suhu
masih tergolong tidak terlalu dingin karena hutannya yang masih rapat jika
dibanding gunun-gunung lain yang lebih tinggi dan gersang. Tapi tetap kita
harus membawa jaket tebal dan sleeping bag.
* untuk tempat
paling strategis mendirikan tenda adalah dari pos 7 sampai puncak, tapi sebisa
mungkin hindari mendirikan tenda di puncak, karena selain udaranya yang sangat
dingin dan kalo siangpun akan terpapar sinar matahari, juga sangat mengganggu
pendaki lain yang hendak berfoto-foto, melakukan selebrasi atau sekedar
berkeliling menikmati suasana puncak gunung.
Sekian dulu
ulasan kami tentang pendakian gunung Cikuray, semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya para pendaki gunung.
Jadilah pendaki
yang santun, beretika dan peduli...!!!
Salam rimba,
salam lestari....!!!
|
0 komentar:
Posting Komentar